Tim sepak bola Samarinda harus menelan pil pahit di Porprov tahun ini. Hanya bermain imbang di partai terakhir di penyisihan grup A, satu tiket tersisa ke semifinal akhirnya menjadi milik tuan rumah Berau.
Memiliki poin 4 hasil dari masing-masing sekali menang, imbang dan kalah, sejatinya sama dengan nilai yang dimiliki Berau. Namun selisih kemasukan lebih banyak, membuat kesebelasan ibu kota ini terpaksa gigit jari.
Sempat unggul lebih dulu di menit ke-22, anak asuh Rully Padengke tak mampu mempertahankan keunggulannya. Satu kesalahan di kotak penalti, membuat wasit menunjuk titik putih yang berhasil dikonversi Berau untuk menyamakan kedudukan enam menit berselang. Hingga peluit babak pertama berakhir, skor masih sama kuat 1-1.
Memasuki babak kedua, Samarinda coba meningkatkan tempo permainan. Namun Berau tak mau mengalah begitu saja, mereka juga cukup berani untuk meladeni permainan tim lawan. Hasilnya, tepat di menit ke-61, Berau berbalik unggul. Seolah tersengat, Samarinda langsung terus menekan jantung pertahanan tuan rumah. Di menit ke-74, giliran Samarinda mendapatkan hadiah penalti yang mampu diselesaikan dengan baik. Kedudukan 2-2, di sisa waktu tersisa, tim tamu terus mengurung pertahanan Berau. Tapi hingga tambahan 3 menit berakhir, skor 2-2 mengubur ambisi Samarinda.
Ditemui usai pertandingan, asisten pelatih Samarinda, Abdul Rahman alias Ramang, mengapresiasi semangat yang ditunjukkan skuadnya. Menurutnya pertandingan berjalan cukup fair, wasit yang memimpin pertandingan juga dinilai menjalankan tugasnya dengan baik.
"Ya memang masih banyak celah yang harus dibenahi, penyelesaian akhirnya saja yang kurang," ucap Ramang.
Sementara itu, juru taktik Berau, Arbain tak bisa menutup kegembiraannya. Hasil ini menurutnya kian mendekatkan tekad Berau untuk bisa menjuarai cabor paling bergengsi ini.
"Jelas kami menargetkan yang terbaik, menjadi juara di cabang sepak bola," cetus Arbain.
Menyaksikan langsung dari tribun, Ketua Askot PSSI Samarinda, H Joha Fajal mengakui Samarinda kurang beruntung. Meski menurutnya secara materi, Samarinda memiliki kualitas lebih baik dibandingkan tuan rumah.
"Saya minta maaf kepada seluruh masyarakat Samarinda, karena target kami itu emas. Tentu setelah ini masih banyak yang harus dievaluasi," pungkas Joha.
Sementara itu untuk pertandingan terakhir antara Kutai Timur dan Kutai Kartanegara gagal terselenggara karena masalah teknis.